Abu Bakar Ash-Shiddiq: Sahabat Utama Nabi dari Kenabian hingga Kekhalifahan

Table of Contents

 


Abu Bakar Ash-Shiddiq (ra) adalah sahabat Nabi Muhammad ï·º yang pertama masuk Islam dan menjadi khalifah pertama umat Islam. Sejak awal kenabian, ia dikenal karena keteguhan imannya. Menurut Ibnu Katsir, Nabi Muhammad ï·º pernah bersabda: “Setiap orang yang aku seru kepada Islam ragu-ragu, kecuali Abu Bakar—ia tidak ragu sedetik pun.” Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar bersikap tegas menerima kebenaran dakwah Islam. Gelar Ash-Shiddiq (“yang membenarkan”) diberikan karena ia yakin sepenuhnya atas perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi ï·º, sementara banyak sahabat lain sempat meragukannya. Sifatnya yang ramah dan terpercaya membuat banyak kaum Quraisy mendatanginya untuk konsultasi. Setelah masuk Islam secara terbuka, Abu Bakar aktif mengajak teman-temannya ke jalan Allah. Dalam Sirah Ibnu Hisham disebutkan: ia “menyatakan keislamannya secara terbuka dan menyeru orang lain kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia ramah, mudah bergaul, dan sangat disenangi oleh kaumnya”. Lewat bimbingannya, sejumlah sahabat ternama menerima Islam, antara lain: ‘Umar bin al-Khattab, az-Zubair bin al-‘Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’d bin Abu Waqqash, dan Thalhah bin ‘Ubaydillah – yang kelak dikenal sebagai orang-orang pertama mendukung dakwah Nabi ï·º.

Selain berdakwah, Abu Bakar juga dikenal dermawan. Ia membebaskan banyak budak yang menganut Islam demi menjaga martabat mereka. Contohnya, ia menukar budak hitamnya dengan Bilal al-Habasyi dan memerdekakannya. Begitu pula budak-budak Islam lain seperti Ammar bin Yasir dibebaskan olehnya demi keimanan mereka. Ayahnya, Abu Quhafa, pernah menyindir, “Mengapa engkau bebaskan budak lemah? Bebaskanlah budak kuat yang bisa menjaga dirimu!” Ia menjawab, “Ini kulakukan karena Allah.” Sikap ini menegaskan pengorbanan niatnya demi membela Islam. Kejujuran Abu Bakar juga mendapat pujian Nabi ï·º. Dalam sebuah hadits disebut: setelah Abu Bakar mengakui kebenaran perjalanan Isra’, Nabi ï·º menanyakan, “Abu Bakar, apakah kamu memanginya As-Siddiq (yang membenarkan)?” Sejak saat itu gelar As-Siddiq melekat padanya.

Hijrah ke Madinah

Saat perintah hijrah datang, Abu Bakar adalah sahabat yang setia menemani Nabi ï·º. Ketika Nabi ï·º meninggalkan Makkah secara sembunyi melalui pintu belakang rumahnya, ia menggandeng Abu Bakar dan menuju Gua Tsaur di kaki bukit Thaur. Di sinilah Abu Bakar memerintahkan putranya, ‘Abdullah, dan seorang budak bernama ‘Amir bin Fuhayrah berjaga dan mengumpulkan berita musuh. Ia juga mengatur agar putrinya Asma’ membawa bekal makanan ke gua itu tiap malam. Setelah tiga hari berlindung di gua, Abu Bakar rela memberikan unta terbaiknya untuk ditunggangi Nabi ï·º. Meskipun begitu, ia tetap membeli kembali unta itu agar Nabi ï·º tidak merasa kurang nyaman. Sikap rendah hati ini menunjukkan betapa ia menjaga rasa hormat kepada Rasulullah ï·º. Perjalanan hijrah inilah yang kemudian menjadikan Abu Bakar sebagai contoh toleransi dan persiapan keberangkatan yang matang.

Peran dalam Perang dan Pertempuran

Selama periode Makkah dan Madinah, Abu Bakar kerap ikut dalam peperangan penting Islam. Ia menjadi pendamping dekat Nabi ï·º dalam perang-perang utama. Misalnya, saat Perang Badar (tahun ke-2 Hijriyah), Nabi ï·º memerintahkan para sahabat bersiap tapi agar tidak menyerang sebelum ada aba-aba. Dalam situasi itu, Abu Bakar berada bersama Nabi ï·º di dalam tenda mengawal persiapan pasukan Muslim. Hal ini menunjukkan kepercayaan tinggi Nabi ï·º kepada Abu Bakar. Beliau juga hadir di perang-perang lain (Uhud, Khandaq, Tabuk) meski catatan naratif yang ada lebih banyak menyorot kedekatannya dengan Nabi ï·º saat-saat istimewa. Tetapi, kontribusinya sebagai pejuang dan penasihat tetap dianggap besar, termasuk membiayai perang dan menasihati umat.

Kedekatan Pribadi dengan Nabi ï·º

Abu Bakar adalah sahabat paling akrab dengan Nabi ï·º, bahkan selain Aisyah sendiri. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa ketika ditanya, “Siapa orang paling dicintai Nabi ï·º dari kaum laki-laki?” jawabannya: “Ayah Aisyah”. Ini mempertegas kedekatan emosional mereka. Selain ayah mertua Aisyah, Abu Bakar selalu ada di sisi Nabi ï·º dalam banyak kesempatan – mulai dari tidur bersama hingga menjaga keselamatan beliau. Perannya sebagai khalifah pertama kelak pun sudah terbayang oleh Nabi ï·º sejak awal; meski posisi pemimpin belum ditetapkan, karakter Abu Bakar sebagai sahabat setia sudah nyata. Sifat juangnya, murah hati, dan tidak pernah berkhianat membuatnya sangat dihormati dalam kalangan sahabat.

Masa Sakit Nabi ï·º dan Kewafatan Rasulullah ï·º

Tatkala Nabi Muhammad ï·º jatuh sakit keras menjelang akhir hayat, Abu Bakar setia mendampingi beliau. Ia merawat Nabi ï·º dan mendengarkan apa yang diucapkan. Setelah Nabi ï·º wafat, terdapat sebuah hadits yang menggambarkan reaksi Abu Bakar di saat genting tersebut. Segera setelah kewafatan Rasulullah ï·º, Abu Bakar berdiri di atas mimbar dan mengimami shalat jenazah. Dalam khutbahnya, ia terkenal mengucapkan: “Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak mati.” Pernyataan ini membuat para sahabat terharu dan menyadarkan mereka bahwa inti ajaran adalah ibadah hanya kepada Allah, bukan manusia.

Abu Bakar juga memainkan peran penting langsung setelah Rasulullah ï·º wafat. Dia menegaskan komitmen umat: umat Islam di Mekkah dan Madinah segera memberikan baiat kepadanya sebagai khalifah (pemimpin) setelah Nabi ï·º. Kelicikannya adalah bahwa ia tidak ragu sedikit pun (terbukti sejak masa kenabian), sehingga segera dipilih sebagai pemimpin persatuan umat. Dalam literatur Tabari (sebagaimana diringkas oleh kalangan modern), peristiwa Sidqiyyah Saqifah merupakan bukti politis dan keunggulan Abu Bakar; kaum Anshar dan Muhajirin sepakat memberinya baiat karena keutamaan dan kedekatannya dengan Nabi ï·º.

Masa Kekhalifahan dan Kontribusi untuk Umat

Sebagai khalifah pada 632–634 M, Abu Bakar menghadapi tantangan besar: perpecahan dalam beberapa suku Arab dan pemberontakan pemimpin-pemimpin palsu (Perang Riddah). Ia sukses menumpas pemberontakan ini dan menegakkan kembali kewajiban zakat, mengirim pasukan ke seluruh Jazirah Arab. Sebagaimana catatan sejarah menyebutkan, “Abu Bakar menumpas pemberontakan orang-orang musyrik (murtad) dan mereka yang menolak membayar zakat”. Di samping itu, untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah banyak penghafal meninggal dalam perang, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit mengumpulkan seluruh ayat-ayat Qur’an menjadi satu mushaf tertulis. Menurut riwayat Bukhari, ‘Umar bin al-Khattab yang pertama kali mengusulkan pengumpulan Al-Qur’an karena takut banyak hafiz gugur saat Perang Yamamah, dan Abu Bakar menyetujuinya. Berkat inisiatif ini, Al-Qur’an tetap terjaga sampai generasi berikutnya.

Pada akhir hayatnya, Abu Bakar menunjuk penggantinya dengan bijak. Ia mengumpulkan para pemuka kaum Muslimin dan mengambil baiat untuk ‘Umar bin al-Khattab sebagai khalifah berikutnya. Abu Bakar sendiri meninggal dunia pada malam Senin, 22 Jumada al-Akhirah tahun 13 H (Agustus 634 M) dalam usia 63 tahun. Ia dimakamkan di dekat makam Nabi ï·º di Madinah. Sepeninggalnya, Abu Bakar dikenang sebagai pemimpin yang penyabar, pengayom, dan selalu meletakkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi. Sumbangsihnya—dari awal menyebarkan Islam, mendampingi Nabi ï·º, hingga mempersatukan umat melalui ketegasan dan keadilannya—menjadi fondasi kokoh bagi umat Islam awal.

Referensi: Artikel ini menggunakan sumber-sumber klasik, antara lain karya Ibnu Katsir (Al-Bidayah wa al-Nihayah), Sirah Ibnu Hisham (Al-Sirah an-Nabawiyyah), Tarikh at-Tabari (Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk), dan kitab sahabat seperti Ibnu ‘Abd al-Barr (Al-Isti‘ab fi Ma‘rifat al-Ashab). Kutipan hadits berasal dari riwayat Shahih Bukhari dan kitab hadits utama lainnya. Sumber-sumber ini memberikan landasan historis yang kuat tentang kehidupan dan jasa Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Citations

archive.org

Full text of "al bidayah wan nihayah Ibn Kathir Early Days"

said, when praising As-Siddeeq, “Every person whom I called to Islam hesitated, except Abu Bakr, for he did not hesitate for a moment.” 121 For this reason, the people also swiftly gave their pledge of allegiance to him on the Day of As-Saqeefah, a) without contemplation and without reflection, because his superiority

archive.org

Full text of "Sirat Ibn Hisham / Biography of the Prophet"

it.' He (pbuh) kept on describing it. while AbO Bakr said. That is true. 1 verify that you arc ihc Messenger of Allah’ until he had finished the description. Then the Prophet ipbuh) said. Aiul you. Abu Bakr. are As-SuURq

archive.org

Full text of "Sirat Ibn Hisham / Biography of the Prophet"

Qultafah whose name was Attq embraced Islam, Abu Quftafahs name was ‘Ulhman. When he became u Muslim, he declared his Islam openly and called others to Allah and to His Messenger. He was a sociable, easy and well-liked man among his people. He knew more about the good and bad of Qnraysh than anyone else lie was a merchant of high morals and kindness. His people used to go to him seeking his advice in many matters because of his w ide knowledge, his experience in commerce, and his sociable nature He began to call to Allah and to Islam, all whoever he had confidence in. of

archive.org

Full text of "Sirat Ibn Hisham / Biography of the Prophet"

Those who accepted Islam through Abu Bakr were: 'Ulhman ibn * Affan. Az-Zubayr ibnul-'Awwam. Abdur-Rahrnan ibn 'Awf, Su'd ibn Abi Waqqas. and Talhah ibn Uhaydillah. These were the first eight who embraced Islam, offered prayer, and verified its truth.

archive.org

Full text of "Sirat Ibn Hisham / Biography of the Prophet"

that you sec." "I will." said Abu Bakr. "I have got a black slave, tougher and

archive.org

Full text of "Sirat Ibn Hisham / Biography of the Prophet"

When the Prophet (pbuh) took the decision to depart, he went to Abu Bakr and the two of them left by a small gate at the rear of the house heading for a cave on a mountain below Makkah called Thawr. AbO Bakr ordered his son Abdullah to lend an cur to the people's .sayings so as to repon them by night with the day's news He also commanded his niawld, Amir ibn Fuhayrah, to graze his Hock by day and to bring them in by tlte evening in the cave Asma. his daughter used to go to them at night with food.' ,)

archive.org

Full text of "Sirat Ibn Hisham / Biography of the Prophet"

Bunging two camels Abu Bakr gave the Prophet (pbuh) the hettcr one to nde, but he refused to do so, since the camel was not his. Abu Bakr dedicated it to him but he (insisted to) pay its price and houghi ii from hirn against the same price that Abu Bakr had paid for it. They rode off. and Abu

archive.org

Full text of "Sirat Ibn Hisham / Biography of the Prophet"

The two parties moved forward closer to each other The Prophet (pbuh) had commanded his Companions not to attack until he gave the order, and if they were encircled by the enemy, they were to resist them with showers of arrows. He himself remained in the hut with Abii Bakr The battle of Badr took place on Friday morning on the seventh of Ramadan.

pakistansweethome.org.pk

Islamic Month of Jumada al-Thani: Meaning and Key Events

> Amr bin Al-As narrated that the Messenger of Allah (PBUH) appointed him as the leader of the army of Dhatis-Salasil. He said: > > "So I went to him and said: > > 'O Messenger of Allah! Who is the most beloved to you among the people?' He said: ''Aishah.' I said: 'From the men?' He said: 'Her father.'" > > (Jami at-Tirmidhi: 3885)

islamweb.net

Abu Bakr delivered two sermons following the death of the Prophet sallallaahu ‘alayhi wa sallam

“When Abu Bakr spoke, ‘Umar sat down. Abu Bakr praised Allaah and said: "Whoever worships Muhammad Image: sallallaahu `alayhi wa sallam ( may Allaah exalt his mention ) Muhammad has died, and whoever worships Allaah, Allaah is living and does not die; Allaah says: {Indeed, you are to die, and indeed, they are to die.} [Quran 39:30], and Allaah says: {Muhammad is not but a messenger. [Other] messengers have passed on before him. So if he was to die or be killed, would you turn back on your heels [to unbelief]? And he who turns back on his heels will never harm Allaah at all; but Allaah will reward the grateful.} [Quran 3:144] And the people began to weep."”

pakistansweethome.org.pk

Islamic Month of Jumada al-Thani: Meaning and Key Events

father of Aisha (R.A.) and was the first of the Rightly Guided Caliphs.

islamqa.info

Who Wrote the Quran? - Islam Question & Answer

During the Riddah wars many of the Sahabah who had memorized the Quran were killed, and Abu Bakr (may Allah be pleased with him) was afraid that the Quran would be lost. So he consulted the senior Sahabah about compiling the Quran in a single book so that it would remain preserved and would not be lost. He entrusted this mission to the chief of memorizers Zayd ibn Thabit (may Allah be pleased with him). Al-Bukhari narrated in his Saheeh (4986) that Zayd ibn Thabit (may Allah be pleased with him) said:

pakistansweethome.org.pk

Islamic Month of Jumada al-Thani: Meaning and Key Events

When Abu Bakr Al-Siddiq (R.A.) sensed that his death was imminent, he gathered the people around him. He (R.A.) took their pledge of loyalty for Umar bin Al- Khattab (R.A.) to succeed him as caliph. Abu Bakr (R.A.) instructed Uthman (R.A.) to draft the covenant for Umar Ibn Al-Khattab.

pakistansweethome.org.pk

Islamic Month of Jumada al-Thani: Meaning and Key Events

This month marks the passing of the Rightly Guided Caliph Abu Bakr Al-Siddiq. He (R.A.) died on Monday

 



Posting Komentar