Sejarah Tapak Suci Putra Muhammadiyah: Dari Akar Tradisi hingga Peran Nasional

Table of Contents

 



1. Pendahuluan

Tapak Suci Putera Muhammadiyah, yang sering disingkat Tapak Suci, adalah salah satu organisasi otonom (ortom) di bawah naungan Muhammadiyah yang berfokus pada pengembangan seni bela diri pencak silat.1 Organisasi ini didirikan dengan tujuan utama untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya pencak silat Indonesia, sekaligus mengintegrasikannya dengan nilai-nilai luhur ajaran Islam.3 Kehadiran Tapak Suci memiliki dampak yang signifikan dalam sejarah Muhammadiyah dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa Indonesia.

Lebih dari sekadar perguruan bela diri, Tapak Suci telah menjelma menjadi sarana dakwah bil hal, yaitu dakwah melalui perbuatan nyata, serta mengimplementasikan prinsip amar ma'ruf nahi munkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran).3 Peran ini diperkuat dengan fungsinya sebagai wadah pembinaan karakter dan pengkaderan anggota Muhammadiyah. Organisasi ini telah menunjukkan perkembangan pesat, tidak hanya di tingkat nasional dengan jutaan anggota, tetapi juga secara internasional, bahkan turut berkontribusi pada penetapan pencak silat sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.1

Identitas ganda Tapak Suci sebagai organisasi bela diri dan instrumen dakwah Islam ini menunjukkan pendekatan holistik Muhammadiyah dalam pembangunan sosial dan keagamaan. Muhammadiyah memandang seni bela diri bukan hanya sebagai olahraga atau sarana pertahanan diri, melainkan sebagai medium yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai keislaman, disiplin, dan semangat berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan strategi yang disengengaja untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya dan olahraga, dengan tujuan membentuk masyarakat Islam yang sejati.

2. Akar dan Cikal Bakal (Pra-1963)

Sejarah awal Tapak Suci berakar kuat pada tradisi pencak silat lokal di Yogyakarta, khususnya aliran Banjaran. Aliran ini diajarkan oleh KH. Busyro Syuhada, seorang ulama patriotik yang lahir pada tahun 1827 dan bermukim di pesantren Binorong, Banjarnegara, Jawa Tengah.1 KH. Busyro dikenal karena penentangannya terhadap penjajahan Belanda, yang bahkan membuatnya menjadi buronan kolonial.

Pada tahun 1925, dua murid inti KH. Busyro Syuhada, kakak beradik A. Dimyati dan M. Wahib, mendirikan paguron (perguruan) bernama Paguron Kauman, yang juga dikenal sebagai Cikauman, di Kauman, Yogyakarta.1 Mereka berdua dilaporkan menguasai 15 jurus dan 5 kembangan dalam waktu lima hari dari KH. Busyro. Perguruan ini didirikan dengan landasan Al-Islam dan dijiwai ajaran KH. Ahmad Dahlan, serta bertujuan membina pencak silat berkarakter Indonesia yang bersih dari praktik syirik dan menyesatkan.7

Selain Cikauman, di lingkungan Kauman juga berkembang perguruan pencak silat lain seperti Paguron Pencak Silat SERANOMAN (Kauman Utara) dan Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam (Kauman Timur).7 Pada tahun 1958, Pemuda Muhammadiyah di Kauman Selatan berinisiatif mendirikan Perguruan Pencak Silat Kauman Serba Guna (KASEGU) dengan harapan dapat menyatukan para pesilat di Kampung Kauman.7 Namun, upaya ini justru menimbulkan persaingan antar kubu dan tidak berhasil menciptakan persatuan yang diharapkan.

Transformasi dari paguron lokal yang berbasis keluarga menjadi organisasi yang lebih terstruktur seperti KASEGU dan kemudian Tapak Suci, mencerminkan tren formalisasi dan institusionalisasi yang lebih luas dalam gerakan Islam di Indonesia pada pertengahan abad ke-20. Perubahan ini menunjukkan adanya kebutuhan akan organisasi yang lebih sistematis untuk mengatasi tantangan internal, seperti persaingan antar perguruan, dan tantangan eksternal. Proses ini mengarah pada profesionalisasi dan peningkatan efektivitas organisasi dalam menyalurkan energi dan tujuan pemuda Muhammadiyah.

Dalam perkembangannya, seni bela diri di Kauman juga menerima pengaruh dari tokoh asing. Pada tahun 1938, seorang perantauan Cina bernama Yap Kie San datang ke Kauman dan sempat bertarung dengan M. Wahib.7 Pengaruh Yap Kie San terlihat pada Salam Pembukaan, Kuda-kuda, dan Sikap Pasang dalam Aliran Cikauman yang kemudian diadopsi oleh Pendekar M. Wahib. Selanjutnya, pada tahun 1949, seorang perwira Angkatan Laut Jepang, Omar Makino (yang kemudian dikenal sebagai Bapak Judo di Indonesia), juga sempat menurunkan kemampuan permainan senjata pedang (samurai) kepada pemuda-pemuda, termasuk M. Barie Irsjad.7 Adanya pengaruh seni bela diri asing yang terintegrasi ke dalam tradisi pencak silat lokal Kauman menunjukkan sifat dinamis dan adaptif dari seni bela diri Indonesia. Ini mengindikasikan kesediaan untuk mengintegrasikan elemen-elemen eksternal yang efektif sambil tetap mempertahankan identitas inti, yang kemungkinan besar berkontribusi pada ketahanan dan efektivitas mereka.

3. Deklarasi dan Pendirian Tapak Suci (1963)

Melihat kegagalan KASEGU dalam menyatukan pesilat di Kauman dan adanya persaingan antar kubu, enam murid Perguruan KASEGU, di antaranya Irfan Hadjam, Djakfal Kusuma, M. Rustam, dan Sobri Achmad, yang memiliki wawasan luas, menyampaikan ide kepada Pendekar M. Barie Irsjad untuk mendirikan perguruan yang lebih terorganisir.7 Mereka mengusulkan sebuah perguruan yang memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), materi latihan yang tersusun, latihan yang teratur, dan seragam. Perguruan Pencak Silat KASEGU Badai Selatan inilah yang kemudian menjadi embrio dan pemrakarsa lahirnya Tapak Suci.

Pada Desember 1962, Perguruan KASEGU melakukan silaturahmi kepada CIKAUMAN dan SIRANOMAN untuk menyampaikan rencana pendirian perguruan baru.7 Setelah melalui serangkaian pertemuan keilmuan yang menegangkan selama enam bulan di Pesantren Aisyiah Kauman, akhirnya pada malam Jumat, 10 Rabiul Awwal 1383 H, bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1963 M, sekitar pukul 21.00 WIB, "PERSATUAN PENCAK SILAT TAPAK SUCI" dideklarasikan di Pesantren Aisyiah Kauman, Yogyakarta.1 Pada peresmian ini, M. Barie Irsjad ditetapkan sebagai Pelatih Kepala.7

Saat deklarasi, digariskan bahwa Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan, keilmuannya bersifat metodis dinamis, dan yang terpenting, bersih dari syirik serta menyesatkan.7 Prinsip-prinsip ini menegaskan komitmen Tapak Suci pada nilai-nilai keislaman yang murni sejak awal berdirinya.

Transformasi dari paguron informal menjadi "Persatuan Pencak Silat" yang terstruktur secara formal menggarisbawahi kebutuhan yang berkembang untuk kohesi internal dan legitimasi eksternal dalam gerakan pemuda Muhammadiyah. Institusionalisasi ini menyediakan saluran yang terstruktur untuk keterlibatan pemuda dan pertahanan diri, yang sangat penting dalam konteks nasional yang semakin kompleks pada periode pra-1965. Langkah ini menunjukkan bahwa para pemimpin menyadari bahwa struktur tradisional dan informal tidak lagi memadai untuk mengelola pertumbuhan, menyelesaikan konflik internal, dan memproyeksikan citra yang terpadu.

Deklarasi eksplisit Tapak Suci untuk berpegang pada ajaran KH. Ahmad Dahlan dan komitmennya untuk "bersih dari syirik dan menyesatkan" menunjukkan landasan ideologis yang kuat. Hal ini membedakan Tapak Suci dari sekolah seni bela diri lain yang mungkin masih mengandung unsur-unsur sinkretis atau takhayul. Posisi ini menempatkan Tapak Suci sebagai gerakan Islam yang khas dalam lanskap pencak silat Indonesia, memastikan bahwa seni bela diri tersebut melayani tujuan agama dan organisasi yang lebih tinggi.

4. Pengakuan sebagai Organisasi Otonom Muhammadiyah (1964-1967)

Pada tahun 1964, di bawah kepemimpinan KH. Ahmad Badawi sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Tapak Suci diterima menjadi organisasi otonom Muhammadiyah.4 Sejak saat itu, nama perguruan ini secara resmi menjadi Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Pengakuan formal ini kemudian dikukuhkan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1967, yang menandai penetapan resmi Tapak Suci sebagai organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah dan mengakui perannya sebagai wadah pengkaderan anggota Muhammadiyah.1

Salah satu tokoh kunci di balik pendirian dan pengembangan Tapak Suci adalah KH. Djarnawi Hadikusumo.8 Beliau lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada 4 Juli 1920, sebagai putra dari pahlawan nasional Ki Bagus Hadikusumo.8 Djarnawi memiliki kepiawaian dalam ilmu bela diri sejak usia muda, bahkan sempat berguru di Sumatra. Pada periode kepengurusan pertama Tapak Suci, ia menjabat sebagai pelindung, dan kemudian terpilih sebagai ketua umum lembaga perguruan pencak silat Muhammadiyah dari tahun 1966 hingga 1991.1 Selain perannya dalam Tapak Suci, KH. Djarnawi Hadikusumo juga dikenal sebagai pencipta mars Muhammadiyah, "Sang Surya".8

Pengakuan formal Tapak Suci sebagai ortom pada tahun 1964 dan penetapan resminya pada tahun 1967 terjadi tepat setelah gejolak politik 1965. Periode ini ditandai dengan peristiwa G30S/PKI dan dampaknya yang luas, yang menunjukkan pandangan strategis Muhammadiyah dalam mengkonsolidasikan kemampuan pemuda dan pertahanannya dalam konteks nasional yang bergejolak. Institusionalisasi ini menyediakan saluran terstruktur bagi Muhammadiyah untuk secara resmi menyalurkan energi dan disiplin pemudanya menjadi kekuatan yang terkontrol dan selaras secara ideologis. Ini dapat berfungsi untuk tujuan mulai dari pertahanan diri dan perlindungan aset hingga stabilitas sosial dan politik yang lebih luas, memastikan ketahanan dan pengaruh organisasi selama masa krisis nasional.

Peran menonjol KH. Djarnawi Hadikusumo, seorang tokoh dengan akar yang kuat dalam Muhammadiyah dan keahlian dalam seni bela diri serta kepemimpinan organisasi, menyoroti pentingnya kepemimpinan yang kuat dan selaras secara ideologis. Latar belakang ganda Djarnawi, baik dalam silsilah Muhammadiyah maupun keahlian seni bela diri, memberikan kredibilitas dan arah strategis, memastikan Tapak Suci tetap setia pada nilai-nilai Muhammadiyah sambil mengembangkan kemampuan seni bela dirinya. Masa jabatannya yang panjang juga menunjukkan stabilitas dan kesinambungan dalam kepemimpinan, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pengaruh organisasi.

Tabel 1: Linimasa Sejarah Tapak Suci Putra Muhammadiyah

Tahun

Peristiwa Penting

Sumber

1827

KH. Busyro Syuhada (pendiri aliran Banjaran) lahir.

7

1925

A. Dimyati dan M. Wahib mendirikan Paguron Kauman (Cikauman) di Yogyakarta.

1

1938

Yap Kie San (perantauan Cina) mempengaruhi aliran Cikauman.

7

1949

Omar Makino (perwira AL Jepang) menurunkan kemampuan senjata kepada M. Barie Irsjad.

7

1958

Pemuda Muhammadiyah di Kauman Selatan mendirikan Perguruan Pencak Silat KASEGU.

7

Des 1962

Perguruan KASEGU melakukan silaturahmi kepada CIKAUMAN dan SIRANOMAN untuk rencana pendirian perguruan baru.

7

31 Juli 1963

"PERSATUAN PENCAK SILAT TAPAK SUCI" dideklarasikan di Pesantren Aisyiah Kauman, Yogyakarta.

1

1964

Tapak Suci diterima menjadi organisasi otonom Muhammadiyah di bawah kepemimpinan KH. Ahmad Badawi.

4

1966-1991

KH. Djarnawi Hadikusumo menjabat sebagai Ketua Umum lembaga perguruan pencak silat Muhammadiyah.

8

1967

Tapak Suci ditetapkan secara resmi sebagai organisasi otonom Muhammadiyah pada Sidang Tanwir.

1

2023

Anggota Tapak Suci mencapai 3 juta orang dan tersebar di 22 negara.

1

5. Filosofi, Ajaran, dan Identitas Tapak Suci

Tapak Suci memiliki motto yang mendalam dan menjadi landasan spiritual bagi setiap anggotanya: "Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah".3 Motto ini secara konsisten disisipkan dalam setiap sesi latihan dan ujian, menekankan bahwa kekuatan sejati tidak hanya berasal dari kemampuan fisik, tetapi yang utama adalah dari keimanan yang teguh dan akhlak mulia, selaras dengan ajaran Islam.

Lambang Tapak Suci juga sarat akan simbolisme yang kaya makna, mencerminkan identitas dan nilai-nilai inti organisasi.2 Secara keseluruhan, lambang tersebut menyiratkan bahwa Tapak Suci bertekad bulat mengagungkan asma Allah Subhanahuwata'ala yang kekal dan abadi. Dengan keberanian, Tapak Suci menyebarkan keharuman dengan sempurna, dan dengan kesucian menunaikan Rukun Islam serta Rukun Iman. Selain itu, lambang ini juga menggambarkan komitmen untuk mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan kerendahan hati. Simbolisme komprehensif yang tertanam dalam lambang Tapak Suci dan motto intinya berfungsi sebagai alat pedagogis yang konstan, memperkuat identitas dan nilai-nilai Islam organisasi di luar pelatihan fisik semata. Ini menunjukkan strategi yang disengaja untuk mengintegrasikan pengembangan spiritual dan etika dengan praktik seni bela diri.

Tabel 2: Simbolisme Lambang Tapak Suci

Elemen Lambang

Makna Filosofis

Sumber

Bentuk bulat

Tekad bulat

9

Warna dasar biru

Keagungan

9

Warna tepi hitam

Kekal dan abadi, melambangkan sifat Allah SWT

9

Gambar bunga mawar merah dengan daun kelopak hijau

Keberanian menyebarkan keharuman dengan sempurna

9

Bunga melati putih (sebelas)

Kesucian, menyimbolkan rukun Islam dan rukun Iman

9

Tangan kanan putih terbuka dengan jari rapat dan ibu jari tertekuk

Keutamaan, kejujuran, keeratan, dan kerendahan hati

9

Sinar matahari kuning

Putera Muhammadiyah

9

Landasan keilmuan aliran Tapak Suci adalah pencak silat yang berlandaskan Al-Islam, bersih dari syirik dan menyesatkan.4 Sikap mental dan gerak langkah yang diajarkan merupakan cerminan dari kesucian dan mengutamakan Iman dan Akhlak. Keilmuan ini berakar pada aliran Banjaran-Kauman yang kemudian dikembangkan secara metodis dan dinamis.4 Penekanan pada "bersih dari syirik dan menyesatkan" mencerminkan agenda reformis Muhammadiyah yang lebih luas, secara aktif memurnikan praktik-praktik Islam dari unsur-unsur sinkretis atau takhayul yang sering ditemukan dalam seni bela diri tradisional Indonesia. Ini memposisikan Tapak Suci sebagai garda depan modernisme Islam dalam komunitas pencak silat.

Tapak Suci memiliki delapan jurus khas yang menjadi identitasnya.4 Jurus-jurus ini diaplikasikan baik untuk tangan kosong maupun bersenjata, serta dapat digunakan untuk tujuan olahraga, seni, maupun bela diri. Kedelapan jurus tersebut meliputi Jurus Mawar, Jurus Katak, Jurus Naga, Jurus Ikan Terbang, Jurus Lembu, Jurus Rajawali, Jurus Merpati, dan Jurus Harimau. Setiap jurus ini memiliki sikap awal yang menjadi fondasi dalam setiap permainan jurus.10

6. Peran dan Kontribusi Tapak Suci

Tapak Suci secara fundamental berfungsi sebagai sarana dakwah bil hal dan amar ma'ruf nahi munkar.3 Tujuan utamanya adalah mendidik dan membina anggota menjadi kader Muhammadiyah yang tidak hanya terampil dalam bela diri, tetapi juga memiliki keimanan yang teguh, bertakwa, berakhlak mulia, serta berjiwa kesatria, sejalan dengan visi Muhammadiyah. Penanaman eksplisit nilai-nilai tauhid, disiplin, kepemimpinan, dan akhlak ke dalam setiap gerakan dan pengajaran mengubah pelatihan seni bela diri menjadi program pembangunan karakter yang komprehensif. Ini secara langsung berkontribusi pada tujuan Muhammadiyah untuk menghasilkan kader-kader Islam yang seimbang, membedakannya dari sekolah seni bela diri sekuler.

Tapak Suci juga memainkan peran besar dalam pelestarian dan pengembangan pencak silat murni tradisional keolahragaan.3 Organisasi ini memastikan bahwa praktik pencak silat dilakukan tanpa ritual khusus yang menyimpang dari ajaran Islam. Kontribusi signifikan Tapak Suci juga terlihat pada penetapan Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, di mana atlet-atlet Tapak Suci bahkan menjadi demonstrator dalam proses penilaian UNESCO, menunjukkan kualitas dan keaslian seni bela diri yang dibinanya.6

Perkembangan Tapak Suci telah mencapai jangkauan yang sangat luas, baik secara nasional maupun internasional.1 Pada tahun 2023, jumlah anggotanya telah mencapai 3 juta orang, tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Selain itu, Tapak Suci juga memiliki 18 perwakilan luar negeri di 22 negara, termasuk di Singapura, Belanda, Jerman, Austria, dan Mesir.1 Pertumbuhan signifikan dan ekspansi internasional ini menunjukkan keberhasilan proyeksi global perpaduan unik Muhammadiyah antara modernisme Islam dan budaya tradisional Indonesia melalui seni bela diri. Ini mengindikasikan daya tarik yang kuat melampaui batas-batas nasional, berfungsi sebagai alat soft power untuk diplomasi budaya dan agama.

Dalam setiap jurus dan latihannya, Tapak Suci secara sistematis menyisipkan nilai-nilai fundamental seperti tauhid, kedisiplinan, percaya diri, keteladanan, tanggung jawab, sopan santun, tawadhu' (rendah hati), kepemimpinan, toleransi, dan kesehatan.1 Pendekatan holistik ini menjadi pembeda utama Tapak Suci dengan perguruan bela diri lainnya, karena secara efektif mengintegrasikan pengembangan fisik dengan pembangunan karakter dan spiritual.

7. Kesimpulan

Tapak Suci Putera Muhammadiyah, yang berawal dari tradisi pencak silat lokal di Kauman, Yogyakarta, telah melalui perjalanan sejarah panjang dari perguruan-perguruan awal hingga menjadi organisasi otonom Muhammadiyah yang diakui secara nasional dan internasional. Didirikan dengan landasan kuat pada ajaran Islam dan dijiwai semangat KH. Ahmad Dahlan, Tapak Suci tidak hanya membina ketangkasan fisik tetapi juga memperteguh iman dan akhlak para anggotanya, menjadikannya sarana dakwah bil hal yang efektif.

Dengan motto yang mengedepankan iman dan akhlak sebagai sumber kekuatan, serta simbolisme lambang yang kaya makna, Tapak Suci telah berhasil mencetak jutaan kader yang berkontribusi pada pelestarian budaya bangsa, pengembangan sumber daya manusia, dan penyebaran nilai-nilai keislaman di seluruh dunia. Kehadirannya menegaskan peran Muhammadiyah dalam membangun masyarakat yang berintegritas, berbudaya, dan berlandaskan nilai-nilai luhur Islam.

8. Daftar Pustaka/Sumber Bahan Artikel

 

Posting Komentar